Film Indonesia di era 1980-an banyak sekali menggunakan sponsor jenama terhad seperti rokok dimana artis / pemain filem merokok. Dikala itu belum ada larangan Pemerintah menampilkan larangan pada setiap jenis rokok seperti yang terjadi saat ini. Kembali kepada masa 1980-an, (di kala saya masih kecil ) saya ingat betul bahwa untuk meluncurkan perdana filem tersebut, pihak sponsor mendatangkan artis pemain filem ke bioskop dan setiap pembelian karcis penonton akan mendapat 1 bungkus rokok. Bisa dibayangkan dampak budaya merokok di kalangan remaja di kala itu. Saya melihat ada sisi negative dari iklan perfileman yang mengajarkan kepada generasi muda untuk berbudaya merokok.
Namun saat ini hal semacam itu telah tiada, seiring larangan merokok dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia yang dicantumkan di setiap produk rokok, larangan lewat media massa dan aturan pemerintah.
Saat ini filem lebih sehat disponsori oleh produsen sepeda motor, produsen oli atau obat natural seperti sinetron yang tayang di bulan puasa yaitu PPT 5 ( Para Pencari Tuhan 5 ), sinetron ini cukup mendidik dan bernuansa Islami. Dalam film tersebut artis / pemain filem menggunakan sepeda motor sponsor dan sesekali di sekitar lokasi shooting terdapat merek sponsor secara eksplisit sahaja.
Bagi saya, filem menggunakan promosi produk tertentu sah – sah sahaja, apalagi filem laris yang sangat digemari oleh penonton tentu banyak sponsor ingin tampil mempromosikan produknya dengan keuntungan dua belah pihak :
1. Produser filem akan terbantu dalam segi pendanaan filem sehingga filem tersebut lebih bervariasi, tekhnik filem yang tinggi dan canggih seperti filem transformer itu
2. Produsen produk tentu akan dikenal penonton yang berani mempromosikan produknya di filem yang canggih itu.
Demikian Kak Melur dan Farah, Salam mesra
Rudy Hartono
KALBAR, INDONESIA