Saya setuju dengan konsep Flat Marriage dimana sepasang calon pengantin melaksanakan pesta perkawinannya sesuai dengan kemampuan dan persiapan yang ia miliki. Dalam budaya kami (Melayu) sangat ditekankan bahwa perkawinan adalah sakral dan didasari oleh perasaan cinta dan kasih sayang tanpa harus memikirkan materi yang kita punyai saat menikah. Karena Perkawinan adalah menyatukan dua insan yang ingin membangun bahtera rumah tangga yang harmonis dan penuh cinta sehingga memperoleh kebahagian yang hakiki. Menikah memang miliki orang yang mampu, Mampu disini lebih diartikan kepada kesiapan rohani dan jasmani sesuai kemampuan yang kita miliki.
Budaya Tionghoa di daerah saya memang mengharuskan seseorang mampu sehingga ia harus dibuat semewah mungkin dengan pesta perkawinan dan makan2 sesama kerabat, sanak saudara dan disiapkan meja-meja khusus untuk para tamu. Persatuan orang Tionghoa sangat tinggi dimana pada saat pesta perkawinan si mempelai mendapat ANGPAO dari teman dan sanak saudara. Semakin banyak tamu semakin banyak Angpao yang diperoleh. Pernah teman saya menikah banyak dapat Angpao dan uang untuk pesta malah bisa kembali atau bahkan lebih. Begitulah pandangan saya tentang perkawinan sesuai kemampuan "Flat Marriage".
Salam mesra,
Rudi Hartono
KALBAR INDONESIA